Monday, March 11, 2019

Daya Beli Masyarakat Masih Rendah, Ini Kata Pengamat

Analis Ekonomi Politik dari Fine Institute Kusfiardi memandang pemerintah tidak berhasil mengawasi kestabilan harga atau daya beli penduduk. Walau sebenarnya, mengkonsumsi masih tetap jadi penyumbang penting perkembangan ekonomi.

Baca juga : Biaya Kuliah UPNVJ - Pendaftaran UPNVJ

Pada 2018 contohnya, perkembangan mengkonsumsi berperan sebesar 55,74 %.

Kusfiardi menejalskan, menurut Tubuh Pusat Statistik (BPS) mencatat berlangsung penurunan harga pada beberapa komoditas pangan yang menggerakkan deflasi 0,08 % pada Februari 2019.

Akan tetapi tidak langsung melakukan perbaikan mengkonsumsi yang jadi penopang perkembangan ekonomi.
Selain itu, survey customer Bank Indonesia tunjukkan semenjak Desember lantas, optimisme customer ada dalam trend alami penurunan.

Paling akhir, indeks kepercayaan customer pada Februari 2019 turun dari 125,5 pada Januari jadi 125,1. Keadaan ini tunjukkan tanda-tanda lesunya keinginan penduduk.
“Meskipun berlangsung penurunan harga, tapi tidak menggerakkan mengkonsumsi. Keadaan ini ke arah pada daya beli penduduk yang melemah. Sebabnya pasti terkait dengan lapangan pekerjaan serta tingkat pendapatan penduduk,” kata Kusfiardi di Jakarta, Senin (11/3/2019).

Ia menuturkan, tersedianya lapangan pekerjaan belumlah mencukupi untuk dapat memberi pendapatan yang cukuplah buat penduduk. Keadaan ini yang lalu memengaruhi mengkonsumsi.

Baca juga : Biaya Kuliah UB

“Kegiatan produktif yang ada sekarang ini, tidak dapat menguatkan daya beli penduduk,” ujarnya.

Kusfiardi menagatakan, masalah ini adalah tanda-tanda kegagalan pemerintah dalam pengendalian ekonomi. Terutamanya penciptaan lapangan kerja serta kestabilan harga. Diluar itu, pun menunjukkan kegagalan jurus kartu-kartu yang diberikan pemerintah.
“Kebijakan itu tidak dapat tingkatkan potensi ekonomi penduduk. Kebijaksanaan kartu-kartu rezim ini, cuma dapat dipakai untuk mengkonsumsi serta berbentuk sesaat,” tutupnya.

No comments:

Post a Comment