Monday, March 5, 2018

UI: Dua Guru Besar Kedokteran Gigi Dikukuhkan

 Kampus Indonesia (UI) kukuhkan dua guru besar tetaplah dari Fakultas Kedokteran Gigi (FKG). Mereka yaitu Prof. Dr. drg. Sarworini B. Budiardjo, Sp. KGA (K) dalam bagian Pengetahuan Kedokteran Gigi Anak serta Prof. drg. Anton Rahardjo, MKM, Ph. D dalam bagian Pengetahuan Kedokteran Gigi Mencegah.

Baca juga: Akreditasi Prodi UNNES

Beberapa profesor itu dikukuhkan pada Rabu (6/9) di Makara Art Centrum UI, universitas Depok yang di pimpin oleh Rektor UI Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis, M. Met. Pengukuhan dua Guru Besar ini menaikkan jumlah Profesor Tetaplah di lingkungan UI jadi sejumlah 241 orang.

Prof. Sarworini menuturkan pidato pengukuhan bertopik “Pemantauan Perubahan Peranan System Stomatognatik pada anak untuk memperoleh muka yang serasi. ” Belakangan ini keinginan perawatan koreksi pada susunan gigi tidak teratur pada anak makin bertambah.

Hal semacam ini adalah tantangan seseorang Dokter Gigi Spesialis Kedokteran Gigi Anak untuk berencana aksi koreksi susunan gigi dengan komprehensif serta holistik, diantaranya lewat pemantauan perubahan peranan system stomatognatik (peranan kunyah, menelan, bicara, bernafas, serta rutinitas oral yang lain) pada anak. Perubahan peranan system stomatognatik berjalan mulai sejak anak dilahirkan serta berlanjut hingga dewasa.

Arah perkembangan serta perubahan kraniofasial, mencakup sagital, transversal, serta vertikal juga akan seimbang apabila pergerakan komponen system stomatognatik jalan sinergis. Hal semacam ini bertindak pada harmonisasi muka atas, tengah serta bawah dan pengaturan gigi-gigi yang cocok.

Diluar itu, Dokter Gigi Spesialis Kedokteran Gigi Anak juga butuh mempunyai pengetahuan mengenai perubahan Biopsikososial anak. Terutama manajamen tingkah laku dengan rencana Pediatric Dentistry Treatment Triangle (PDTT) yaitu komunikasi pada doktergigi-orangtua serta anak (pasien) yang digambarkan jadi satu segitiga dengan tempat anak (pasien) pada puncak segitiga, tempat doktergigi serta orang-tua semasing membuat garis komunikasi dengan anak (pasien), dan jadi garis basic segitiga.

Komunikasi pada doktergigi, orang-tua serta anak begitu perlu, terutama untuk menanamkan pengetahuan perkembangan perubahan system stomatognatik yang begitu bertindak dalam pembentukan keselarasan muka. Seseorang anak belum juga dapat hadapi problem gigi mulut tanpa ada pendampingan dari orang-tua, serta perawatan gigi mulut akan tidak sukses tanpa ada support orang-tua.

Selanjutnya, Prof. Anton mengemukakan pidato pengukuhan berjudul “Peran Kedokteran Gigi Mencegah dalam Mengusahakan bebas karies gigi anak umur 12 tahun pada tahun 2030”. Sesuai sama SK Menteri Kesehatan no. 9 tahun 2015, Pemerintah sudah membidik Indoensia Bebas Karies untuk umur 12 tahun pada tahun 2030.

Baca juga: Biaya Kuliah UPI - Pendaftaran UPI

Di Indonesia penyakit karies gigi relatif bertambah selalu mulai sejak tiga dasawarsa hingga bisa diprediksikan besarnya problem yang juga akan dihadapi dengan mengusahakan tujuan bebas karies umur 12 tahun di tahun 2030. Mengusahakan bebas karies gigi dengan “paradigma sakit” yaitu mengusahakan semua sumberdaya (resources) untuk menyembuhkan gigi berlubang dengan menjaga serta menumpat sesuai sama tingkat keparahannya yang memprioritaskan usaha Promotif serta Preventif lewat Peranan Kedokteran Gigi Mencegah.

Prof. Anton mereferensikan beberapa kiat dalam rencana menjangkau tujuan Bebas Karies Umur 12 Tahun pada tahun 2030, seperti berikut :
1. Karna tak ada perlakuan problem kesehatan gigi di tingkat pusat, jadi tiap-tiap daerah memiliki hak mengambil keputusan penanggung jawab program kesehatan gigi di Dinas Kesehatan daerah semasing.
2. Menerakan program Kumur-F bisa dikerjakan jadi keinginan 50% penambahan bebas karies dapat ditargetkan. *Program kumur F dengan konsentrasi 0. 05% NaF sehari-hari pada anak umur 4 tahun dengan didahului kursus kumur-kumur sehari-hari sepanjang 1 bln. tanpa ada memiliki kandungan F. Pelajari sesudah 11 tahun lalu (1990) tampak penambahan bebas karies gigi yang penting lebih dari 6 kalinya.
3. Mengaplikasikan program SIGIBER (Sikat Gigi Dengan), Kumur-F, Penutupan Ceruk Gigi (Pit and Fissure sealant) untuk gigi molar pertama yang berisiko serta Perlindungan gigi molar yang tengah erupsi (erupting molar). Dengan hal tersebut keinginan 90% penambahan bebas karies dapat ditargetkan.
4. Aplikasi Promotif SIGIBER dengan single rinse technique (dengan keinginan cuma 10 hingga 20% bebas karies dapat ditargetkan) – Sedang cara yang lebih efisien yaitu non-rinsing technique atau sekurang-kurangnya single rinse technique dengan jumlah pasta sebesar biji jagung.
5. Konsekwensi program di atas memerlukan SDM terutama tenaga dokter gigi yang bekerja di luar gedung Puskesmas.

No comments:

Post a Comment